<meta name='google-adsense-platform-account' content='ca-host-pub-1556223355139109'/> <meta name='google-adsense-platform-domain' content='blogspot.com'/> <!-- --><style type="text/css">@import url(https://www.blogger.com/static/v1/v-css/navbar/3334278262-classic.css); div.b-mobile {display:none;} </style> </head><body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar/7227309534080521530?origin\x3dhttp://agedasaka.blogspot.com', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Short Classic Story


MINGGU PAGI DI VICTORIA PARK
Saturday, June 12, 2010
8:41:00 PM





Starring:
Lola Amaria, Titi Sjuman, Donny Damara, Donny Alamsyah, Imelda Soraya, Permata Sari Harahap

Producer:
Sabrang Mowo Danar Panuluh
Dewi Umaya Rachman

Directed by:
Lola Amaria

Screenplay by:
Titien Wattimena

Director of Photography:
Yadi Sugandi

Art Director:
Rico Marpaung

***

Sinopsis:
Mayang, anak kedua dari pasangan Sukardi dan Lastri diberangkatkan ke Hong Kong sebagai TKW. Penuh dengan ketidak tahuan dan rasa takut
ia belajar dan bekerja sekaligus bertahan hidup di keluarga dan negara yang sangat asing baginya.

Mayang memiliki cita-cita yang tinggi dan sebenarnya enggan menjadi TKW karena pengalaman-pengalaman TKW yang pernah ia dengar, tetapi orang tuanya memaksa pergi untuk mencari Sekar, adiknya, yang telah menjadi TKW Hong Kong selama 2 tahun lebih tetapi menghilang tanpa kabar.

Akankah Mayang dapat menemukan adiknya? Ataukah ia dapat menemukan lebih banyak lagi, termasuk cinta?

***



Jujur, gue sendiri belom nonton ni film tapi untuk melihat reviewnya, film ini mesti jadi tontonan wajib. salah satu film Indonesia yg wajib di tonton menurut pendapat gue. dari ngebaca review orang orang di KASKUS, trus ngeliat trailernya, gue bisa ngambil sedikit kesimpulan, kalau ini adalah film yg berani jujur untuk berpendapat (I think) dan film Indonesia yg GA NORAK samasekali, dan gue berencana nonton ini kalau ga selasa ya kamis. wanna join ? daripada nonton film film horror-bokep-tanpa-keseraman-sama-sekali yg biasanya muncul di studio bioskop xxi dan 21 -__-- *no offense*


beberapa review dari orang orang yg telah menonton :
1.      Originally Posted by RockinLabirin 

Film Indonesia yg pertama gw tonton di tahun 2010 ini, dan bener-bener puas. Film yg nggak mengecewakan. Dulu pernah nonton filmnya Lola Amaria yg judulnya Betina di kampus. Film itu menurut gw bagus, meskipun surrealis, tapi tetep tidak kehilangan benang merah ceritanya.

Nah, ekspektasi gw dengan film kedua Lola Amaria ini adalah rangkaian ceritanya akan apik, dan lagi menyajikan realita kehidupan TKW di hongkong. Jika pernah nonton film dokumenter Pertaruhan, kita akan tau kalo beberapa hal di MPdVP itu adalah potret realitas. Apalagi dengan sinematografi yg baik, film ini jadi sangat sedap dipandang. Hongkong dipotret sebagai kota indah, seindah harapan para TKW. Bukan gambaran Hongkong yg suram ala film gangster.

Dan ekspektasi gw terbayar. MPdVP memang menyuguhkan jalinan cerita yg jernih, dengan benang utama kisah Mayang yg datang ke Hongkong hanya untuk mencari Sekar, adiknya. Dari situ, konflik mulai dibangun dengan latar lika-liku kehidupan TKW. Cerita-cerita sampingannya memperkuat konflik utama. Alur utama dan sampingan berjalan selaras hingga mencapai klimaks dan penyelesaian yg rapi. Tidak ada kesan untuk mendramatisir, bahkan tidak ada satupun karakter antagonis di film ini. Yang antagonis adalah situasi, khas banget film realis.

Kalo ada yg bilang kekurangannya di beberapa adegan yg agak maksa (pesan sponsor kali yee) dan kemunculan karakter Gandi yg kurang pas (dan katanya lagi2 ini pesan sponsor juga..). Menurut gue itu semua nggak mengganggu jalan cerita. Karena cerita dan konfliknya dibuat sederhana dan serealistis mungkin, jadi ditambah adegan apa pun di luar cerita juga nggak masalah.
Verdict: 4/5

2.      Originally Posted by hyperion_lynx 

Diantara dangkalnya ide cerita yang diangkat para sineas perfilman Indonesia, adalah sangat menyenangkan untuk melihat sebuah film secemerlang Minggu Pagi di Victoria Park. Film ini sebenarnya memiliki dasar cerita yang sederhana. Namun dengan pengembangan yang tepat, cerita yang sederhana tersebut mampu diolah menjadi sebuah sajian yang berisi dan, setidaknya, mampu memberikan sedikit gambaran yang lebih besar terhadap kehidupan para TKW di tempat perantauannya.

Film dengan masa penggarapan selama lebih dua tahun sudah seharusnya tampil lebih rapi dan teliti dalam menyajikan presentasi naskah ceritanya. Selaku sang sutradara, Lola Amaria memiliki kemampuan yang mumpuni untuk menerjemahkan naskah yang telah ditulis oleh Titien Wattimena, dan kemudian menyusunnya secara hati-hati untuk kemudian menghasilkan jalinan jalan cerita yang walau memiliki banyak pesan “berat”, namun tetap terkesan ringan dan dapat diserap dengan mudah. Ditambah dengan beberapa adegan kilas balik untuk mendukung unsur dramatis film ini, Lola berhasil membuat Minggu Pagi di Victoria Park menjadi sebuah tayangan drama yang sangat efektif.

Keefektifan drama yang terkandung di dalam jalan cerita menjadi lebih bermakna lagi ketika jajaran pemeran yang mengisi departemen akting film ini terdiri dari para aktris dan aktor yang mampu memerankan karakternya dengan sangat baik. Menduduki posisi sutradara, Lola Amaria juga tidak mengurangi totalitasnya dalam berakting. Walau kebanyakan tampil dalam ekspresi datar, yang merupakan ciri dari karakternya dan bukan karena kegagalan Lola dalam memerankannya, Lola mampu menghidupkan tokoh Mayang menjadi tokoh protagonis utama di film ini. Lola di film ini didampingi oleh aktris Titi Sjuman, yang baru saja menanjak namanya semenjak tampil dalam film Mereka Bilang, Aku Monyet. Dan lewat penampilannya sebagai Sekar, Titi kembali menampilkan kelebihannya dalam mengaduk-aduk perasaan para penontonnya lewat penjiwaannya akan karakter Sekar yang cenderung depresif itu. Jajaran pendukung lain, walau tak tampil menonjol, juga mampu menopang penampilan dua karakter utamanya dan membuat Minggu Pagi di Victoria Park semakin mengesankan.

Titi Sjuman tidak hanya berperan sebagai Sekar di film ini. Ia, bersama suaminya, Aksan Sjuman, juga bertanggung jawab atas penyusunan iringan music score yang terdengar di sepanjang film ini. Dan lewat iringan musik yang mereka hasilkan ini, sebagian dari emosi yang ingin disampaikan film ini kepada para penontonnya berhasil tersalurkan dengan baik. Bahkan, harus diakui, begitu kuatnya pengaruh tata musik yang ada di film ini, beberapa adegan justru dapat tampil dengan tampilan emosi yang lebih menyentuh akibat eksistensi tata musik yang disediakan. Melengkapi kualitas tata produksi film ini, penonton juga akan disajikan tata sinematografi yang cukup menarik mengenai lingkungan sekitar Hong Kong yang cukup memberikan tambahan mengenai gambaran mengenai bagaimana kehidupan para TKW kita di negara orang.

Bagi beberapa yang ingin menilai sinis, mungkin Minggu Pagi di Victoria Park akan dinilai sebagai sebuah film yang hanya mampu mengkail sebagian kecil mengenai kehidupan para TKW Indonesia di luar negeri, khususnya Hong Kong. Tentu saja, masih banyak kehidupan TKW Indonesia yang lebih menderita daripada kehidupan yang dialami baik Mayang maupun Sekar. Namun, naskah yang dituliskan Titien Wattimena sebenarnya tidak hanya ingin menyinggung mengenai hal tersebut. Rasa kebersamaan ketika yang lain sedang membutuhkan, persaudaraan antara dua kakak adik, persahabatan hingga cara bertahan hidup adalah beberapa pesan lain yang ingin disampaikan film ini. Jelas, tidak ada karya yang sempurna. Beberapa kelemahan masih tampak di beberapa bagian. Walau begitu, secara keseluruhan, Minggu Pagi di Victoria Park adalah sebuah film dengan kualitas yang amat langka ditemukan di negara ini dalam beberapa tahun terakhir. Dikerjakan dengan sederhana dan menghantarkan pesannya dengan cara yang sederhana pula, Minggu Pagi di Victoria Park muncul sebagai salah satu kontender terkuat sebagai calon film terbaik di sepanjang tahun ini.

Rating: 5 / 5

DAN YANG LAIN BISA DILIHAT DISINI DAN DISINI !!




beberapa foto yang di ambil saat pembuatan film












Labels: